Senin, 18 Oktober 2021

Televisi dan Tontonan Anak Juga Bisa Mengganggu Tumbuh Kembang Anak

Semakin maju teknologi dalam peradaban manusia modern, semakin pula manusia dimudahkan dan dimanjakan. Seperti dulu jika komunikasi harus melalui surat pos, kini tinggal menggunakan aplikasi chat. Jika dulu menonton bola harus langsung ke stadion, kini tinggal lewat layar televisi atau gawai.


Namun, karena saking dimanjakannya manusia malah jadi semakin tidak membatasi diri. Tidak semuanya memang, tapi sebagian besar. Orang tua di zaman serba modern pada hari ini contohnya, jadi semakin memudahkan segala sesuatu dalam mengurus anak. Tidak banyak yang mau repot-repot harus menenangkan anak dan mengurusnya ketika rewel.

 

Jika anak rewel, kasih gawai untuk dia main gim. Jika sedang sibuk, anak ditaruh di depan layar televisi agar dia fokus menonton saja. Percayalah, hal-hal demikian memang sangat mudah untuk membuat anak tenang dan tidak rewel di tengah aktivitas yang banyak dikerjakan oleh orang tua. Tapi, semua itu hanya tinggal menunggu waktunya. Ia, itu hanya akan menjadi bom waktu saja. Bom waktu itu adalah perkembangan anak dan pola komunikasinya.

 

Saya juga sebenarnya punya pengalaman anak speech delay karena menonton televisi. Bukan anak saya, tapi tetangga saya. Ibunya sangat sibuk sekali, seorang perempuan karir di institusi pemerintahan. Tidak salah pilihan dia menjadi perempuan karir, tapi harusnya tahu resiko bahwa anak juga harus diperhatikan. Suaminya juga entah ke mana, tidak membantu pun dalam tumbuh kembang anak.

 

Anak mereka masih kecil sekali saat saya pertama kali kenal, masih sekitar 1-2 tahun lah. Sayangnya begitu, tidak pernah diajak komunikasi dan hanya ditaruh depan layar televisi saja. Anaknya paling suka menonton kartun Shaun the Sheep. Tontonan itu memang bagus, banyak pesan moralnya dan lucu. Tapi, untuk kembang tumbuh anak, tontonan itu nggak bagus.

 

Pertama, tidak ada komunikasi yang jelas dan hanya menggunakan bahasa isyarat saja. Kedua, tetap nggak bagus karena itu tayangan televisi. Harus orang tua yang mengajak komunikasi, dong. Orang tuanya juga jarang ngajak komunikasi untuk stimulus tumbuh kembang si anak. Sekalinya diajak ngobrol pakai bahasa Inggris, tapi nggak dijelasin artinya apaan. Hadehhh.

 

Si anak hari ini sudah mulai bisa berkomunikasi dengan baik, kalau dulu coba cuman bisa niruin suara Shaun the Sheep dan karakter di dalamnya saja. Sudah begitu, mengucapkan kata-kata sederhana belum bisa, padahal sudah mulai beranjak tiga tahun. Kan, ini karena orang tuanya yang lalai. Untung masih Shaun the Sheep, coba kalau dikasih tontonan sinetron Ikatan Cinta!?

 

Faktor seringnya menonton televisi merupakan salah satu akibat penyebab perkembangan tumbuh kembang anak menjadi terlambat. Dikutip dari DetikHealth, "Seharusnya anak-anak mengucapkan kata-kata pertamanya saat memasuki usia 10-11 bulan dan sudah mulai lancar berbicara saat berusia 3 tahun. Tapi ternyata anak-anak yang sering menonton televisi mengalami keterlambatan."

 

Anak-anak dalam masa tiga tahun pertama merupakan umur keemasan dalam tumbuh kembangnya dalam berkomunikasi, dan mereka masih meniru mimik perilaku orang di sekitarnya. Anak yang seharusnya diberikan stimulus dengan diajak berkomunikasi secara langsung oleh orang tua, ealah malah ditaruh di depan televisi. Anak-anak akan kesusahan mencerna informasi yang ia dapat.

 

Seringkali kita menyalahkan orang lain atau faktor-faktor lain jika ada masalah, namun kadang-kadang nggak sadar kalau penyebabnya adalah diri sendiri. Dalam kasus perkembangan anak yang terganggu kali ini juga, menganggap televisi adalah solusi padahal bukan. Jadi, semoga dengan tulisan ini kita bisa sadar dan muhasabah diri. Baik yang belum punya anak, kelak tidak begitu dan hati-hati. Yang punya anak, agar lebih diperhatikan anaknya.

 

Memberikan generos juga boleh, sangat dianjurkan. Tapi ingat, faktor perkembangan anak lagi-lagi bukan karena si generos vitamin otak anak, namun karena pengawasan dan pola asuh orang tua kepada anaknya yang menjadikannya anak bertumbuh kembang dengan sehat. Dicatat ya, bunda-bunda sekalian.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar