Semakin maju teknologi dalam peradaban manusia modern, semakin pula manusia dimudahkan dan dimanjakan. Seperti dulu jika komunikasi harus melalui surat pos, kini tinggal menggunakan aplikasi chat. Jika dulu menonton bola harus langsung ke stadion, kini tinggal lewat layar televisi atau gawai.
Namun, karena saking dimanjakannya manusia malah jadi semakin tidak membatasi diri. Tidak semuanya memang, tapi sebagian besar. Orang tua di zaman serba modern pada hari ini contohnya, jadi semakin memudahkan segala sesuatu dalam mengurus anak. Tidak banyak yang mau repot-repot harus menenangkan anak dan mengurusnya ketika rewel.
Jika anak rewel, kasih gawai untuk dia main gim. Jika sedang
sibuk, anak ditaruh di depan layar televisi agar dia fokus menonton saja.
Percayalah, hal-hal demikian memang sangat mudah untuk membuat anak tenang dan
tidak rewel di tengah aktivitas yang banyak dikerjakan oleh orang tua. Tapi,
semua itu hanya tinggal menunggu waktunya. Ia, itu hanya akan menjadi bom waktu
saja. Bom waktu itu adalah perkembangan anak dan pola komunikasinya.
Saya juga sebenarnya punya pengalaman anak speech delay
karena menonton televisi. Bukan anak saya, tapi tetangga saya. Ibunya sangat
sibuk sekali, seorang perempuan karir di institusi pemerintahan. Tidak salah
pilihan dia menjadi perempuan karir, tapi harusnya tahu resiko bahwa anak juga
harus diperhatikan. Suaminya juga entah ke mana, tidak membantu pun dalam
tumbuh kembang anak.
Anak mereka masih kecil sekali saat saya pertama kali kenal,
masih sekitar 1-2 tahun lah. Sayangnya begitu, tidak pernah diajak komunikasi
dan hanya ditaruh depan layar televisi saja. Anaknya paling suka menonton
kartun Shaun the Sheep. Tontonan itu memang bagus, banyak pesan moralnya dan
lucu. Tapi, untuk kembang tumbuh anak, tontonan itu nggak bagus.
Pertama, tidak ada komunikasi yang jelas dan hanya
menggunakan bahasa isyarat saja. Kedua, tetap nggak bagus karena itu tayangan
televisi. Harus orang tua yang mengajak komunikasi, dong. Orang tuanya juga
jarang ngajak komunikasi untuk stimulus tumbuh kembang si anak. Sekalinya
diajak ngobrol pakai bahasa Inggris, tapi nggak dijelasin artinya apaan.
Hadehhh.
Si anak hari ini sudah mulai bisa berkomunikasi dengan baik,
kalau dulu coba cuman bisa niruin suara Shaun the Sheep dan karakter di
dalamnya saja. Sudah begitu, mengucapkan kata-kata sederhana belum bisa,
padahal sudah mulai beranjak tiga tahun. Kan, ini karena orang tuanya yang
lalai. Untung masih Shaun the Sheep, coba kalau dikasih tontonan sinetron
Ikatan Cinta!?
Faktor seringnya menonton televisi merupakan salah satu
akibat penyebab perkembangan tumbuh kembang anak menjadi terlambat. Dikutip
dari DetikHealth, "Seharusnya anak-anak
mengucapkan kata-kata pertamanya saat memasuki usia 10-11 bulan dan sudah mulai
lancar berbicara saat berusia 3 tahun. Tapi ternyata anak-anak yang sering
menonton televisi mengalami keterlambatan."
Anak-anak dalam masa tiga tahun pertama merupakan umur
keemasan dalam tumbuh kembangnya dalam berkomunikasi, dan mereka masih meniru
mimik perilaku orang di sekitarnya. Anak yang seharusnya diberikan stimulus
dengan diajak berkomunikasi secara langsung oleh orang tua, ealah malah ditaruh
di depan televisi. Anak-anak akan kesusahan mencerna informasi yang ia dapat.
Seringkali kita menyalahkan orang lain atau faktor-faktor
lain jika ada masalah, namun kadang-kadang nggak sadar kalau penyebabnya adalah
diri sendiri. Dalam kasus perkembangan anak yang terganggu kali ini juga,
menganggap televisi adalah solusi padahal bukan. Jadi, semoga dengan tulisan
ini kita bisa sadar dan muhasabah diri. Baik yang belum punya anak, kelak tidak
begitu dan hati-hati. Yang punya anak, agar lebih diperhatikan anaknya.
Memberikan generos juga boleh, sangat dianjurkan. Tapi
ingat, faktor perkembangan anak lagi-lagi bukan karena si generos
vitamin otak anak, namun karena pengawasan dan pola asuh orang tua kepada
anaknya yang menjadikannya anak bertumbuh kembang dengan sehat. Dicatat ya,
bunda-bunda sekalian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar